AWAL SEBUAH KEMULIAAN 03B
Sebuah cerita mengisahkan dua orang sahabat sedang melakukan perjalanan di sebuah gurun. Di suatu tempat, mereka berdua terlibat sebuah argumen dan salah seorang dari mereka menampar muka temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit, tapi tanpa berkata sepatah kata pun, ia menulis di atas pasir, “HARI INI, SAHABAT BAIKKU MENAMPAR MUKAKU”. Mereka meneruskan perjalannya sehingga sampai di sebuah oasis (tempat teduh pepohonan dan bermata air di gurun). Orang yang kena tampar masuk ke dalam kolam air dan tenggelam, tetapi temannya berhasil menyelamatkan nyawanya. Ketika ia sadar, ia menulis di atas batu, “Hari Ini Sahabat Baikku Menyelamatkan Hidupku.”
Sahabat yang telah menyelamatkan dan menampar temannya itu bertanya, “Mengapa, setelah aku menyakitimu, kamu menulis di atas pasir dan sekarang kau menulis di atas batu?” Teman yang diselamatkan, tersenyum dan menjawab, “Ketika seorang teman menyakiti kita, kita harus menuliskannya di atas pasir, sehingga ketika angin pengampunan berhembus, ia akan menghapusnya hilang. Namun, ketika sesuatu yang penting terjadi, kita harus mengukirnya di atas batu hati kita, sehingga tidak ada angin yang dapat menghapusnya.” Nah itulah yang disebut pengampunan. Biarkan segala kepedihan dan kemarahan itu pergi dari hati kita seperti tulisan di atas pasir yang hilang dihembus oleh angin.
Kata kerja mengampuni (aphiemi) berarti to send forth, let go (mengirim atau melepaskan). Jangan biarkan hati kita menjadi safety box (lemari penyimpanan barang berharga) yang berisi barang rongsokan seperti kemarahan, kebencian atau kepahitan. Yang harus di simpan di dalam hati kita adalah barang-barang berharga seperti kebajikan, kasih sayang, kemarahan atau kepedulian.
Itu sebabnya dalam Doa Bapa kami, kita di ajar berdua untuk hadirnya, ‘Kerajaan Allah’ yang membuat hati kita penuh dengan damai, sukacita dan kebenaran.